suaraperempuanpapua.id – BERBEDA-beda tetapi tetap satu! Inilah semboyan yang dimiliki Bangsa Indonesia untuk menjaga kerukunan hidup bersama dari keberagaman. Namun negara belum berhasil mewujudkan hidup damai di tengah keberagaman.
Penduduk Kabupaten Jayapura memiliki perbedaan secara: suku, agama dan warna kulit (SARA). Inilah perbedaan secara alamiah yang diciptakan oleh Allah Sang Pencipta. Tetapi manusia menolak perbedaan itu dan terus mempersoalkannya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik SARA, Bupati Jayapura Mathius Awoitauw menggagas Kabupaten Jayapura menjadi zona integritas kerukunan hidup umat dari keberagaman, pada Sabtu, 28 Mei 2016.
Pada hari itu, setiap orang di Kabupaten Jayapura, telah mendeklarasikan diri untuk senantiasa konsisten dan keteguhan yang tinggi, nilai-nilai luhur dan keyakinan untuk mewujudkan kerukunan.
Nilai-nilai luhur yang dimaksud adalah nilai-nilai luhur yang telah terkandung di dalam jiwa warga Kabupaten Jayapura, yaitu Kenambai Umbai, yaitu Satu Utuh Ceria Berkarya Meraih Kejayaan.
Gagasan Mathius Awoitauw dalam menjaga toleransi kerukunan hidup dari keberagaman penduduk Kabupaten Jayapura, dengan mencanangkan Kabupaten Jayapura sebagai zona integritas kerukunan hidup bersama ini membuat Mathius Awoitauw mendapat julukan sebagai Bapak Integritas Kerukunan di Indonesia.
Julukan sebagai Bapak Integritas Kerukunan, secara langsung diucapkan oleh dua menteri dan seorang wakil gubernur, yaitu, pertama diungkapkan oleh Menteri Agama RI, Haji Lukman Hakim Saifuddin, “apa yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Jayapura patut dicontoh dan ditiru oleh daerah lain. Ini merupakan suatu pikiran yang brilian dari anak negeri yang mempunyai kemampuan berpikir dalam menterjemahkan filosofi bangsa, yaitu Pancasila. Karena tidak semua pemimpin di negeri ini yang mampu mengimplementasikan sebuah gagasan yang sangat brilian”.
Hal itu disampaikan Lukman Hakim Saifuddin saat membuka lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-26 tingkat Provinsi Papua dan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) pertama Kabupaten Jayapura 2016, sekaligus menyaksikan Pencanangan Kabupaten Jayapura sebagai Zona Integritas Kerukunan Umat Beragama oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw di Stadion Barnabas Youwe Sentani, pada Sabtu 28 Mei 2016.
Kedua, diungkapkan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI, Ferry Mursyidan Baldan, “Bupati Jayapura Mathus Awoitauw pantas dijuluki Bapak Integritas, karena mampu merumuskan suatu konsep pemikiran yang sangat fenomenal dalam pandangan kehidupan yang beraneka ragam di Indonesia. Ia sebagai putera terbaik Papua yang mampu membuat sesuatu yang sulit dilakukan oleh pemimpin daerah manapun di Indonesia. Saya pribadi sangat salut dengan apa yang telah dilakukannya”.
Hal itu disampaikan, Ferry Mursyidan Baldan saat menghadiri penutupan Festival Danau Sentani di Kalkhote Kampung Asei, pada 23 Juni 2016.
Ketiga diungkapkan oleh Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, “saya akui sebagai pimpinan di Provinsi Papua memberikan rasa hormat dan salut kepada Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, yang mampu mengangkat wajah Papua dengan terobosan gagasan yang dibuat dalam membuat hidup kerukunan beragama di negara yang sangat dicintai ini”. Hal itu disampaikan Klemen Tinal dalam sambutan pembukaan lomba Pesparawi dan MTQ, sekaligus menyaksikan Pencanangan Kabupaten Jayapura sebagai Zona Integritas Kerukunan Umat Beragama oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw di Stadion Barnabas Youwe Sentani, pada Sabtu, 28 Mei 2016.
Lukman, Ferry dan Klemen menjuluki Mathius Awoitauw sebagai Bapak Integritas Kerukunan di Indonesia, karena apa yang digagasnya tidak pernah dilakukan oleh kepala daerah manapun di Indonesia selama 71 tahun sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 (sampai 28 Mei 2016).
Hingga kini kerukunan hidup antarumat beragama di tanah air sulit tercipta. Di mana-mana konflik beda agama terus terjadi. Misalnya, adanya pelarangan pembangunan tempat ibadat, pemalangan tempat ibadat, sulit mendapat izin pembangunan tempat ibadat, dan beragam kasus lainnya.
Walupun mendapat julukan, Bapak Integritas di Indonesia, bagi Mathius Awoitauw, pencanangan zona integritas kerukunan umat beragama ini merupakan impian dan harapan seluruh masyarakat Indonesia, “bukan hanya kami yang berada di Kabupaten Jayapura”.
Karena kerukunan merupakan simbol satu persatuan bangsa yang mengedepankan rasa persaudaraan. Bangsa Indonesia didirikan atas dasar perbedaan. Sehingga, dengan perbedaan itulah, “maka kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan, kekeluargaan, cinta damai, kerukunan diantara anak bangsa yang hidup di dalam negara kesatuan Republik Indonesia”.
Kabupaten Jayapura adalah sebuah miniatur dari negara Republik Indonesia, karena seluruh agama dan suku di Indonesia hidup di Kabupaten Jayapura. “Jadi kalau mau bicara Indonesia, tidak usah kita ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Maluku, cukup kita berada di Kabupaten Jayapura, kita sudah dapat memahami dan melihat Indonesia secara utuh dengan melihat kemajemukan masyarakat yang hidup di Jayapura”, ujar Mathius.
Pencanangan zona integritas kerukunan umat beragama yang dilakukan oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw merupakan yang pertama di Indonesia. Belum satupun kepala daerah di Indonesia yang melakukan hal ini. Keberagaman masyarakat dalam hal beda: suku, agama dan budaya tak satupun yang mampu menyatukannya.
Apa yang berbeda tetap berbeda. Perbedaan akan tetap terjaga hanya dengan saling memahami dan menerima – yang di Indonesia dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. “Sebenarnya apa yang kita lakukan ini merupakan impian dan harapan seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya kami yang berada di Kabupaten Jayapura. Karena kerukunan merupakan simbol satu persatuan bangsa yang mengedepankan rasa persaudaraan”, kata Mathius.
Indonesia menjadi sebuah negara atas dasar perbedaan, sehingga perbedaan itu harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan, kekeluargaan, cinta damai, kerukunan diantara anak bangsa yang hidup di Indonesia.
Paskalis Keagop. Tim Media Center Infokom KMan Papua 2022.