suaraperempuanpapua.id – KEMATIAN Bupati Yalimo, Er Dabi bermula pada Jumat 2 Desember 2016. Hari itu, ia menelepon Gubernur Papua Lukas Enembe meminta kesediaan waktu untuk bertemu menyampaikan program yang telah dikerjakannya selama 100 Hari setelah dilantik menjadi Bupati Yalimo pada Jumat 15 Juli.
Setelah itu, dia juga menelepon Ketua DPRD Yalimo Nahor Yare untuk menyampaikan rencana keberangkatannya ke Jayapura untuk bertemu Gubernur. Dalam pembicaraan itu, Nahor menawarkan ingin ikut bersamanya ke Jayapura, tapi batal karena ada agenda kerja yang harus dikerjakan.
Akhirnya, Er Dabi berangkat sendirian ke Jayapura tanpa didampingi ajudan atau salah seorang anggota keluarganya. Dia bertemu Gubernur Papua Lukas Enembe di Swissbell Hotel menyampaikan program 100 Hari Kerja yang telah dilaksanakan Bupati dan Wakil Bupati Yalimo periode 2016 – 2021.
Lukas Enembe juga menyampaikan rencana kerja tahun 2017, bahwa ia akan membagi dana transfer daerah dan dana otonomi khusus kepada seluruh pemerintah kabupaten di Papua, termasuk Kabupaten Yalimo, dan sekaligus disampaikan bahwa Gubernur Papua akan melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Mimika dan Paniai pada Senin 5 Desember.
Mendengar rencana itu, Er Dabi menawarkan ingin ikut dalam perjalanan kunjungan kerja Gubernur, karena dia tidak pernah ke Kabupaten Paniai, Deiyai dan Dogiay. “Saya ikut bapak saja, karena saya tidak bawa ajudan”, ujar Er Dabi saat itu.
Kunjungan kerja Gubernur Papua Lukas Enembe bersama rombongan ke Mimika dilakukan pada Senin 5 Desember. Selama di Mimika, Bupati Yalimo Er Dabi mendampingi Gubernur melaksanakan beberapa agenda kerja, diantaranya meninjau fasilitas PON 20 yang sedang dalam proses pembangunan, sekaligus melantik Pengurus Sub PB PON 2020 Cluster Mimika serta bertemu dengan Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan anggota DPRD pada Selasa 6 Desember.
Dan pada keesokkan harinya, Rabu 7 Desember, Er Dabi mengeluh sakit di dada dan merasa sesak nafas. Sehingga ia segera dilarikan ke Klinik Base Camp milik PT. Freeport Indonesia pukul 06.37 pagi didampingi Kepala Dinas Perhubungan Papua untuk mendapat pertolongan cepat. Di Klinik yang dekat dengan Hotel Rimba Papua ini, dia diberi bantuan oksigen dan infus.
Namun kondisinya semakin kritis, dan keterbatasan peralatan medis di Klinik Base Camp, sehingga dia dirujuk ke Klinik Kuala Kencana Timika pukul 08.30 pagi. Selama perjalanan menuju Klinik Kuala Kencana dilakukan tindakkan medis resutasi jantung dan paru-paru (CPR) selama 15 menit.
Tiba di Klinik Kuala Kencana pukul 09.30 pagi dan langsung dilakukan proses CPR yang kedua kali, namun tidak berhasil dan dinyatakan meninggal oleh Tim Medis Klinik Kuala Kencana Timika pukul 09.45 pagi.
Saat dirawat di Klinik Base Camp, Gubernur Papua Lukas Enembe langsung mengjenguknya dan Er Dabi sempat bercerita tentang sakit yang dideritanya di bagian dada. Lalu Gubernur memintanya untuk beristirahat menjalani perawatan medis di Timika saja, dan hanya ia bersama rombongan yang akan melanjutkan perjalanan kunjungan kerja ke Enarotali meresmikan Kantor Bupati Paniai yang baru selesai dibangun.
Saat jenguk itu, Lukas Enembe yakin kondisi Er Dabi akan segera membaik, sehingga ia meninggalkan ruang rawat dan menuju bandara untuk berangkat ke Paniai. Tapi keyakinannya meleset. Saat berada di dalam pesawat itulah, ia mendapat kabar Bupati Yalimo Er Dabi telah tiada. Penerbangan ke Enarotali pun dibatalkan, Gubernur turun dari pesawat dan langsung ke Klinik Kuala Kencana untuk mengecek kebenaran kabar kematian Bupati Yalimo.
Kabar kematian Er Dabi secara mendadak itu mengagetkan keluarga dan kaum kerabat di berbagai tempat. Masyarakat di Kabupaten Yalimo menduga kematian itu terkait dengan jabatannya sebagai Bupati. Mengingat kondisi kesehatannya selama itu baik-baik saja, dan dia tidak pernah mengeluh sakit apapun.
Dari Klinik Kuala Kencana, jenazah Er Dabi dibawa ke RSUD Mimika pukul 11.50 siang untuk disemayamkan sementara selama semalam sebelum dikirim ke Jayapura.
Untuk memastikan penyebab kematian ER Dabi, pihak keluarga meminta kepolisian untuk dilakukan otopsi. Visum luar dilakukan di RSUD Mimika pada Rabu 7 Desember, dan otopsi dalam secara keseluruhan dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua di Kotaraja, Jayapura, Kamis 8 Desember.
Kapolres Mimika AKBP Vicktor D. Mackbon mengatakan kepolisian juga telah meminta keterangan dari sopir ambulance Klinik Base Camp PT. Freeport Indonesia, yang pertama kali mengantar Er Dabi dari Hotel Rimba Papua ke Klinik Base Camp.
Jenazah Er Dabi disemayamkan sementara di RSUD Mimika dan mendapat penghormatan terakhir dari Gubenur Papua Lukas Enembe, Sekda Papua Hery Dosinaen, Bupati Mimika Eltinus Omaleng, anggota DPRD serta beberapa kepala satuan kerja perangkat daerah Provinsi Papua dan Kabupaten Mimika.
Selama jenazah berada di RSUD Mimika didampingi oleh Sekda Papua Hery Dosinaen, yang mengurusnya hingga diberangkatkan ke Jayapura menggunakan Pesawat Garuda Indonesia Air Lines, pada Kamis 8 Desember pagi dan tiba di Bandara Sentani pukul 12.00 siang.
Dari Bandara Sentani, jenazah dibawa ke RS Bahyangkara Kotaraja untuk dilakukan otopsi atas permintaan salah satu anaknya bernama Gibson Dabi agar bisa diketahui penyebab kematian ayahnya, apakah karena sakit atau akibat lain. RSUD Mimika hanya melakukan visum luar pada Rabu 7 Desember pukul 14.30 siang, dan otopsi dalam dilakukan di RS Bhayangkara Kotaraja, pada Kamis 8 Desember siang hingga selesai pukul 17.00 petang.
Hasil visum luar RSUD Mimika menyatakan tidak ada sesuatu atau indikasi yang mencurigakan. Sehingga untuk sementara dikatakan meninggal karena sakit. Sementara Anggota Bidang Dokumentasi Kesehatan RS Bhayangkara Polda Papua Jayapura, Dokter Ardi menjelaskan hasil otopsi bahwa kematian Er Dabi, disebabkan oleh pengerasan pembuluh darah yang mengakibatkan terkena serangan jantung. Pembuluh darah mengalami pengerasan karena terjadi kerusakan pada nadi atau pembuluh darah, yang menyebabkan serangan jantung, akhirnya menimbulkan kematian.
Setelah otopsi di RS Bhayangkara, jenazah diberangkatkan menggunakan Pesawat Twin Otter dari Bandara Sentani menuju Elelim, pada Jumat 9 Desember pukul 09.00 pagi, diantar langsung oleh Gubernur Papua Lukas Enembe, bersama istri, Yulce Enembe, Ketua MRP Timotius Murib, dan Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjen TNI Herman Asaribab.
Kedatangan jenazah Er Dabi di Elelim disambut isak-tangis dan kesedihan mendalam dari seluruh masyarakat Kabupaten Yalimo.
Wakil Bupati Yalimo, Lakius Peyon sangat terkejut dengan kabar kematian Bupati Yalimo Er Dabi secara mendadak. “Ini merupakan keputusan Tuhan yang sulit kita tolak. Sebagai manusia, kita harus bisa menerima apapun, meskipun itu hal yang membuat kesedihan yang mendalam bagi kita”.
Er Dabi adalah tokoh utama Kabupaten Yalimo, karena itu Wakil Bupati bersama DPRD dan jajaran pemerintahan daerah lainnya memberikan penghormatan dengan memakamkan jasad Er Dabi di depan kantor bupati Yalimo, pada Sabtu 10 Desember 2016. “Kami menyampaikan terima kasih kepada Gubernur dan jajarannya yang bersama-sama dengan almarhum hingga mengantarkan almarhum kembali ke Yalimo”, ucap Lakius.
Lakius Peyon mengatakan Er Dabi telah meletakkan dasar yang baik di pemerintahan maupun di legislatif. Oleh sebab itu, ia yakin kader-kader yang telah disiapkannya, siap untuk melanjutkan tongkat estafet di Kabupaten Yalimo.
Er Dabi meninggalkan seorang istri bernama Letina Peyon, dan tiga anak: Erdi Dabi, Marten Dabi dan Simson Dabi serta seorang cucu bernama Steven Dabi.
paskalis keagop