suaraperempuanpapua.id – MAMA Henderika Manuri Yoku, warga Sentani, Kabupaten Jayapura, yang kesehariannya berjualan pinang dan pisang di kompleks Stadion Barnabas Youwe Sentani, mendengar dari keluarganya bahwa akan ada Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMan) Keenam di Kabupaten Jayapura.
Tetapi, Mama Manuri tidak tahu apa itu KMan dan kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan dalam kongres itu? “iyo, Mama dengar ada nanti kongres, tapi tra tau nanti dong mo bikin apa?” tanyanya.
Untuk menggaungkan pelaksanaan KMan Keenam di Wilayah Adat Tabi, Jayapura, pada 24 – 30 Oktober 2022, Panitia Pelaksana KMan Bidang Informasi dan Komunikasi KMan, menggelar pelatihan jurnalis rakyat yang diikuti oleh 19 pemuda-pemudi adat dari 12 kampung-kampung untuk meliput pelaksanaan KMan di 12 kampung tempat sarasehan di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Para jurnalis adat dilatih selama dua hari pada 23 – 4 Agustus 2022. Mereka diajarkan bagaimana cara menulis berita dengan baik dan benar. Para jurnalis adat diharapkan terlibat dalam membantu kerja-kerja Infokom selama pelaksanaan KMan Keenam di Jayapura.
Fictor Mambor, Penanggungjawab Media Jubi, sekaligus salah satu pemateri pelatihan, mengatakan KMan sangat penting, sebab hampir sebagian besar masalah di Papua, korbannya adalah masyarakat adat, tanah, hutan, pendidikan, dan kesehatan.
“Rancangan Undang-Undang Masyarakat Adat hingga saat ini belum disahkan. Oleh sebab itu, media diharapkan mampu mengadvokasi dan mempublikasikan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat adat. Jadi, media harus memberikan edukasi dan informasi yang benar,” pesan Fictor Mambor, penerima penghargaan Udin Award 2022 dari Aliansi Jurnalis Independen Indonesia.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Jayapura Gustaf Griapon mengapresiasi kegiatan pelatihan jurnalis yang dilaksanakan oleh Panitia Kongres Masyarakat Adat Nusantara bersama Jubi. “Secara pribadi, saya mengapresiasi dilaksanakannya pelatihan jurnalis warga ini,” ujarnya.
Gustaf mengatakan, pelatihan itu mengajarkan bagaimana memberikan edukasi dan kiat menulis, supaya para peserta mengetahui standar penulisan berita yang baik. “Mulai dari titik, koma, kemudian penegasan-penegasan bagaimana menulis berita, feature, opini. Dan ini tentu kesan yang berbeda untuk kita bagaimana bisa menerapkan ilmu yang dikasih.”
Ia juga mengatakan bahwa bentuk literasi menulis seperti itu kalau di tempat kursus, biasanya dilakukan selama satu bulan. Ia mengapresiasi para pemateri yang memberikan teori dan praktik.
Sementara itu, Nurdiyansah Dalidjo sebagai Redaktur Infokom KMan menyampaikan kegembiraannya mengetahui ada begitu banyak pihak yang senang dan antusias untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan KMan yang akan diselenggarakan di Wilayah Adat Tabi. “Ini merupakan KMan pertama yang akan dilaksanakan di Tanah Papua,” ujarnya.
Nurdiyansah Dalidjo mengatakan akan ada berbagai strategi dan aktivitas yang sedang dilakukan untuk mempublikasikan serta mempromosikan KMan, termasuk melalui berbagai media yang dimiliki dan dikelola Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman), seperti Majalah Gaung Aman, Podcast Radio Gaung Aman (RGA), dan lainnya.
Secara khusus, untuk masyarakat adat di Papua, Aman telah menerbitkan koran kampung edisi perdana dan menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi masyarakat adat Papua.
Naskah ditulis oleh tim jurnalis masyarakat adat: Irma, Matheus Samay, Olaf Wally, Priskila Wouw, dan Zadrak Mebri