suaraperempuanpapua—id. Marlina Flassy, S.Sos, MHum, PhD, akhirnya resmi menjadi Dekan Fisip setelah dilantik Rektor Universitas Cenderawasih, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT di Kampus Fisip Universitas Cenderawasih, Senin, 25 Oktober 2021.
Marlina Flassy, S.Sos, MHum, PhD menjadi orang nomor satu di fakultas tertua pada univeritas tertua di Tanah Papua ini setelah melalui proses pemilihan yang cukup ketat belum lama ini bersama juniornya Dr. Vince Tebay, S.Sos, MSi sebagai kompetitornya.
Proses pemilihan Dekan Fisip kali ini cukup seru karena diikuti dua calon dekan mewakili para intelektual perempuan. “sangat jarang terjadi pemilihan dekan diikuti dosen perempuan”, ujar Dr Apner Herry Bajari, S.Sos, MSi melalui sambungan telp seluler dari Semarang.
Menurut Dr Apner Herry Bajari, S.Sos, MSi pemilihan dekan ini cukup signifikan dan menjadi moment historis, karena sepanjang sejarah baru kali ini di Universitas Cenderawasih dipimpin oleh seorang perempuan asli Papua. “Kami bangga atas prestasi dan capaian ini, sehingga kita berharap dengan kepemimpinan yang baru ini ada perubahan positif pada semua level, administrasi, akademik dan penelitian”, paparnya berharap.
Doktor Marlina Flassy, sebelum menyelesaikan studi strata satunya untuk memperoleh gelar S.Sos pada program studi Antropologi Fisip Uncen pada 31 Januari 1995, ia pernah tercatat sebagai siswa SMA Katolik F.X.Taruna Dharma Kotaraja 1988.
Gelar Magisternya diperoleh dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (UGM) pada 25 September 2002, lalu jenjang doktoralnya (PhD) dalam bidang Antropologi Etnologi diperoleh dari Fakultas Ilmu Sosial Wissenschaf Georg August University of Gottingen, Germany pada tahun 2015. Selama menjalani studinya di Jerman ia juga didaulat sesama mahasiswa asal Indonesia menjadi koordinator bidang seni budaya Perhimpunan Pelajar Indonesia Goettingen, Jerman dan juga dipercaya menjadi Sekretaris Persekutuan Kristen Indonesia, Hana Goettingen Jerman.
Secara keilmuan, Doktor Marlina Flassy memang sangat mendalami ilmunya, sehingga wajarlah ketika dalam bidang Antropologi ia memiliki kepakaran yang mumpuni. Selain dari Jerman, Marlina Flassy pernah dipercayakan oleh Dewan Kesenian Irian Jaya (DKIJ) pada tahun 1992 untuk memperdalam etnocinematografi ke Universitas Leiden di negeri kincir angin , Belanda.
Kecintaan akan Antropologi sebenarnya telah tumbuh sejak ia menjalani studinya di bidang Antropologi di Fisip Uncen sejak tahun 1990-an, sejak masa studi itulah ia mulai bersahabat dengan banyak hal tentang kebudayaan dan tingkah laku manusia. Doktor Marlina Flassy memiliki pengalaman mengajar karena sejak masa mudanya telah aktif menjadi guru sekolah minggu pada Gereja Kristen Injili (GKI) Pniel Kotaraja. Keaktifannya menjadi pengasuh sekolah minggu itu telah membentuk kepribadiannya menjadi seorang tutor dan berpengetahuan luas. Dari pengalaman itulah menjadi pendorong dirinya untuk berkarier sebagai seorang dosen setahun setelah ia menyelesaikan studinya di Prodi Antropologi Fisip Uncen.
Sejak itulah ia mulai mengajar sejumlah mata kuliah seperti Pengantar Antropologi Sosial, Etnografi Papua, Etnografi Indonesia, Sistem Sosial Budaya Indonesia, Folklor, Gender dan Pembangunan, termasuk banyak terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan.
Dari aktifitas di kampus yang mengharuskan seorang dosen memenuhi kewajiban tridharma perguruan tinggi, Flassy yang alumnus SMP YPK Kotaraja itu menjadi sosok pribadi yang dipandang memberi perhatian pada isu-isu perempuan dan anak di Papua. Perhatiannya pada isu-isu perempuan dan anak itu akhirnya menghantarnya menerima penghargaan dari Menteri Riset dan Teknologi sebagai seorang penelitia muda berbakat pada tahun 2004, bahkan di tahun yang sama pula ia berhasil mendapatkan penghargaan atas hasil penelitiannya tentang isu-isu perempuan dan anak di Kota Jayapura sebagai perempuan Papua berkarisma. Pada 2015, ia kembali mendapatkan penghargaan Golden Pin (peniti emas) dari Kementerian Riset dan Teknologi atas dedikasinya pada budaya dan kehidupan perempuan.
Banyak pengalaman yang telah dirintisnya, tak heran kepercayaan yang diamanatkan padanya pun tak sepi, semisal pernah menjadi Ketua Program Studi Antopologi, lalu dipercayakan memanggul jabatan pimpinan fakultas sebagai Pembantu Dekan I bidang Akademik mendampingi Dekan Fisip yang baru saja digantikannya, Dr. Septinus Saa, S.Sos, MSi. Selain jabatan Struktural di kampus, ia juga dipercayakan untuk menjadi koordinator Kerjasama Universitas Cenderawasih dengan kampus tempatnya menyelesaikan program doktornya, yakni Georg August University of Gottingen Germany. Koordinator Bidang Penelitian Pusat Studi, Gender, Perempuan dan Anak (PSGA) Universitas Cenderawasih, Disamping menjadi koordinator bidang Penelitian Pusat Studi Perempuan dan Anak Universitas Cenderawasih (2019-2023).
Selain pengalaman jabatan, Doktor Marlina Flassy pun memiliki karya-karya akademik yang fenomenal diantaranya, Etnografi Suku Mooi di Kabupaten Sorong, Etnografi Masyarakat Ansus di Kabupaten Yapen, Etnografi Suku Napan-Wainami di Kabupaten Nabire, Sistem Perkawinan Masyarakat Maybrat dan Kesetaraan Gender dan Kesehatan Perempuan dan Anak di Provinsi Papua; Jalan Terjal Memuliakan Perempuan dan Anak di Provinsi Papua, Potret Perkawinan Suku Bangsa Maybrat Perspektif Gender, Deficit Women’s Human Right in Papua Province, dan Local Knowledge Diseases and Healing in a Papua Community tulisan terakhir tadi merupakan bagian tak terpisahkan dari Disertasi Doktornya yang telah dibukukan.* (gabriel maniagasi).