suaraperempuanpapua.id – SETELAH virus corona muncul ke dunia, Badan Kesehatan Dunia menyetujui 12 jenis masker wajah yang bisa digunakan setiap orang untuk mencegah terinfeksinya virus corona. Penggunaan masker wajah, menjadi salah satu upaya untuk mencegah terinfeksi dan menularkan virus corona kepada orang lain.
Khusus di Kabupaten Jayapura, setelah terbentuknya Tim Gugus Tugas Covid-19, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) diserahi tugas khusus memproduksi masker wajah untuk dibagikan kepada masyarakat secara gratis di seluruh wilayah Kabupaten Jayapura.
Untuk memproduksi masker, DPPPA mengumpulkan 42 kelompok dari ibu-ibu di masjid, gereja, PKK dan kelompok ibu-ibu lain serta kelompok pemuda untuk menjahit masker wajah berbahan kain. Ke-42 kelompok ibu-ibu pun berhasil memproduksi 111.200 lembar masker dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat di kampung-kampung. Setiap kampung mendapat jatah masker sebanyak 800 lembar untuk dibagikan kepada masyarakat.
Pembagian masker diutamakan di wilayah-wilayah yang masuk dalam zona merah dan zona kuning, kemudian dibagikan juga ke zona oranye dan zona hijau, karena mobilitas orang tidak hanya di satu wilayah, tetapi selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga masyarakat di semua zona diwajibkan memakai masker.
Dana produksi masker wajah berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD) 139 kampung sebanyak Rp 1.390.000.000. Tiap kampung mengalokasikan ADD sebanyak Rp 10 juta untuk DPPPA memproduksi masker wajah. Namun tidak semua dana digunakan untuk pembuatan masker, tetapi digunakan juga untuk usaha-usaha ekonomi produktif ibu-ibu rumah tangga selama masa pandemi virus corona. Harga jahit per-masker sebanyak Rp 6.500, dan setiap kelompok dibayar sesuai dengan jumlah masker yang dijahitnya.
Kabupaten Jayapura memiliki lima kelurahan dan 139 kampung, namun kelurahan tidak menerima dana ADD, sehingga hanya 139 kampung yang terima ADD. Tiap kampung mengalokasikan dana ADD sebanyak Rp 10 juta untuk pembuatan masker. Setelah masker dibuat, DPPPA menyerahkannya kepada Posko Covid-19 untuk diberikan kepada tiap kepala distrik untuk dibagikan kepada tiap kampung yang ada di wilayahnya.
Masker wajah mulai diproduksi pada April hingga Mei 2020 dan sekaligus dibagikan kepada masyarakat. Masker yang produksi sesuai dengan standar kesehatan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. DPPPA Kabupaten Jayapura menyediakan 92 paket pekerjaan untuk dikerjakan kelompok ibu-ibu rumah tangga selama masa pandemi virus corona.
Walau DPPPA Kabupaten Jayapura telah memproduksi masker sesuai standar kesehatan, namun kajian masker pencegah tertularnya virus corona masih terus dilakukan oleh para ahli. Berikut ada 12 jenis masker wajah pencegah virus corona yang diproduksi dan beredar di pasar, yaitu: satu: Masker Scuba atau Masker Buff. Masker ini terbuat dari bahan tipis elastis yang hanya terdiri dari satu lapisan kain. Bahan yang elastis justru menjadikan masker scuba memiliki kecenderungan merenggang saat dipakai. Sehingga dianggap tidak efektif memberi perlindungan dari penularan virus corona, karena kemampuan penyaringannya sangat minim, mulai dari nol hingga lima persen.
Masker scuba atau masker buff kurang efektif dalam melindungi area hidung dan mulut terhadap percikan liur, tetesan liur, dan partikel liur yang mungkin terpapar Covid-19. Karena itu, masker jenis ini tidak disarankan untuk digunakan sebagai alat pelindung diri mencegah Covid-19, sebab kemampuan penyaringan sangat kecil. Karena itu, masyarakat disarankan menggunakan masker kain tiga lapis yang memiliki efektifitas penyaringan partikel 50 persen hingga 70 persen.
Dua: Masker Bedah. Masker ini awalnya ditujukan bagi para tenaga medis untuk menangani pasien agar tidak terpapar virus. Tapi seiring merebaknya virus corona, sehingga masker bedah dianggap efektif untuk pencegahan. Masker bedah memiliki tiga lapisan, yaitu: 1) bagian luar yang berwarna berfungsi sebagai anti air. 2) lapisan tengah sebagai filter, dan 3) lapisan dalam berwarna putih untuk menyerap cairan yang keluar dari mulut ataupun hidung. Masker bedah dapat digunakan untuk menjaga agar tidak tertular virus dan penyakit serta sebaliknya.
Namun jika dibandingkan dengan masker N95, masker bedah masih kalah untuk kemampuan menyaring partikelnya. Masker bedah juga hanya diperuntukkan untuk sekali pakai sehingga setelah selesai memakainya harus segera dibuang ke tempat sampah.
Tiga: Masker Motor. Masker ini ditujukan untuk para pengendara motor. Masker motor mampu menyaring debu-debu dan polusi di jalan raya. Selain itu masker ini juga dapat mencegah pemakainya terkena virus berbahaya seperti virus corona. Berbeda dengan masker bedah, masker motor memiliki semacam karet pengikat yang bisa disesuaikan sehingga bisa lebih rapat menutupi hidung dan mulut penggunanya.
Empat: Masker N95. Masker ini cukup populer sebagai respirator dan diprediksi bisa mencegah virus corona dengan lebih optimal. Masker N95 mampu menyaring hingga 95 persen partikel besar ataupun kecil yang mengandung virus di udara yang masuk (terutama PM10). Masker N95 biasa digunakan oleh orang-orang yang bekerja di sekitar zat berbahaya atau saat menangani asap akibat kebakaran hutan.
Walaupun diklaim sebagai salah satu masker yang cukup efektif untuk mencegah penyebaran virus corona, namun akan merasa kurang nyaman saat menggunakannya. Karena masker N95 bisa menimbulkan efek sulit bernapas, sehingga bagi yang memiliki asma sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan masker N95 dalam waktu yang lama. Masker N95 bisa dipakai hingga lima kali, lalu setelahnya harus dibuang.
Lima: Masker N99 dan N100. Masker ini mampu melindungi diri dari berbagai polusi dan virus dari luar, termasuk virus corona. Kedua jenis masker ini sama-sama memiliki tiga lapisan filter. Lapisan pertama berfungsi untuk menjebak partikel-partikel kasar seperti debu dan pasir. Lapisan kedua untuk menyaring partikel-partikel yang masuk, dan lapisan terdalam yang terbuat dari karbon aktif bisa memerangi pengotor gas seperti senyawa organik yang mudah menguap dan bau busuk.
Perbedaan dari kedua masker ini adalah kemampuan untuk menyaring udaranya. Masker N99 mampu menyaring udara hingga 99 persen. Sedangkan masker N100 mampu menyaring udara hingga 100 persen. Namun bentuk dari dua jenis masker ini mungkin akan membuat merasa tidak nyaman, karena terlalu kaku dan tidak dapat disesuaikan dengan bentuk wajah pemakainya.
Enam: Masker P95. Masker ini tergolong salah satu masker yang bisa mencegah virus Corona. Berbeda dari masker-masker yang bertipe N, masker P95 memiliki keunggulan sendiri. Selain dapat menyaring debu, virus, dan partikel berbahaya lainnya di udara, masker respirator dengan kode P ini juga mampu menyaring partikel mengandung minyak yang dilepaskan seperti bensin, solar, minyak tanah, cat, dan minyak goreng.
Masker P95 ini biasanya digunakan di wilayah berminyak seperti pompa bensin, kilang minyak, pabrik farmasi, dapur, dan pabrik-pabrik yang memproses minyak atau makanan digoreng. Masker P95 dapat digunakan hingga 40 jam dalam jangka waktu 30 hari.
Tujuh: Model ‘Hybrid’. Masker ini menggabungkan dua lapisan kapas pintal 600-benang dengan bahan lain seperti sutra, sifon, atau flannel menyaring lebih dari 80 persen partikel kecil (kurang dari 300 nanometer) dan lebih dari 90 persen partikel yang lebih besar (lebih besar dari 300 nanometer). Kombinasi kapas dan sifon memberikan perlindungan yang paling besar, diikuti oleh kapas dan kain flanel, katun dan sutra, dan empat lapis sutera alami.
Delapan: Kain Sutera Tiga Lapis. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa masker kain harus memiliki tiga lapisan, yaitu: lapisan dalam yang menyerap, lapisan tengah yang menyaring, dan lapisan luar yang terbuat dari bahan nonabsorben seperti poliester.
Sebuah penelitian di University of Illinois yang masih menunggu peer review menemukan tiga lapis kemeja sutra atau 100 persen kain katun T-shirt mungkin sama protektifnya dengan masker tingkat medis. Sutra khususnya memiliki sifat elektrostatik yang dapat membantu menjebak partikel virus yang lebih kecil.
Sembilan: Filter Penyedot Debu. Studi Journal of Hospital Infection menemukan bahwa filter penyedot debu (atau penyaring penghisap debu yang dimasukkan ke dalam masker kain) mengurangi risiko infeksi sebesar 83 persen setelah terpapar dengan virus corona selama 30 detik dan sebesar 58 persen setelah 20 menit paparan di tempat yang sangat berisiko tinggi mengandung materi terkontaminasi. Bahan itu hampir sama baiknya dalam menyaring aerosol seperti masker bedah, para peneliti menemukan.
Itu bisa menjadi perlindungan yang cukup untuk menghentikan wabah. Sebuah penelitian pada Mei 2020 menemukan bahwa pemakaian masker secara universal akan mengendalikan epidemi, bahkan jika maskernya hanya 50 persen efektif dalam menjebak partikel-partikel infeksius.
Sepuluh: Handuk dan Seprai. Menurut studi Journal of Hospital Infection, handuk dan sarung bantal antimikroba adalah alternatif terbaik berikutnya. Namun handuk harus dipilin rapat untuk memberikan perlindungan. Sarung bantal antimikroba (biasanya terbuat dari satin, sutra, atau kain bambu) lebih disukai daripada sarung bantal katun standar.
Sebelas: Syal atau Kain Katun. Peneliti Inggris menemukan bahwa satu lapisan kapas pintal 80-benang adalah di antara bahan yang paling tidak efektif untuk memblokir partikel virus corona baik besar maupun kecil. Selendang dan kaus katun mengurangi risiko infeksi sekitar 44 persen setelah terpapar dengan virus corona selama 30 detik, demikian temuan Journal of Hospital Infection. Setelah 20 menit paparan di lingkungan yang sangat terkontaminasi, pengurangan risiko turun menjadi hanya 24 persen.
Tapi itu lebih baik daripada nol. Bahkan masker katun yang dipasang longgar “secara substansial mengurangi” penyebaran partikel virus ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, para peneliti di India baru-baru ini memutuskan.
Mereka menemukan bahwa tetesan infeksius menjalar hingga 16 kaki ketika seseorang tidak mengenakan masker, dibandingkan dengan hanya 5 kaki ketika partikel bocor keluar sisi-sisi masker wajah.
Duabelas: Masker Kapas Satu Lapis – opsi darurat, daripada tidak sama sekali. Peneliti Inggris menemukan bahwa orang yang memakai masker kapas memiliki kemungkinan infeksi 54 persen lebih rendah daripada orang yang tidak memakai masker sama sekali.
Orang-orang yang memakai masker kertas memiliki kemungkinan infeksi 39 persen lebih rendah daripada kelompok tanpa masker. Tidak seperti masker bedah, yang biasanya berlipit dan terbuat dari tiga lapisan kain, masker kertas lebih tipis, sehingga mereka memberikan perlindungan yang lebih sedikit.
suara perempuan papua