suaraperempuanpapua.id – SUSAN Mansawan dan kawan-kawan dari Kota Jayapura, datang berjualan kuliner hasil produksi sendiri di Venue Hocki Doyo Baru Kabupaten Jayapura, sejak 5 Oktober 2021 lalu.
Sebelum berjualan di PON, mereka mendaftar di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Jayapura. Susan bersama teman-temannya adalah peserta pelatihan Program Prestasi Junior Indonesia, dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang. Peserta pelatihan program ini adalah anak-anak muda kreatif.
Ada empat bidang pelatihan yang diberikan dalam Program Prestasi Junior Indonesia. Salah satunya adalah pelatihan bidang kewirausahaan. Program pelatihan yang dilaksanakan melalui Program Prestasi Junior Indonesia akan berlangsung selama setahun. Dimulai pada Juni 2021 dan akan berakhir pada Mei 2022 mendatang.
“Karena saat ini ada PON, maka kita yang peserta pelatihan bidang kewirausahaan langsung latihan berjualan barang produk sendiri”, ujar Susan.
Susan, Alin, Gres Sumihe dan Vina Ramandey, sebelum datang jualan di areal Venue Hocki di Doyo Baru, mereka sudah jualan di Venue Sepatu Roda di Kota Jayapura selama empat hari. Karena pertandingan sudah selesai, mereka datang jualan di Venue Hocki Doyo Baru.
Selama empat hari berjualan di venue sepatu roda, pendapatan perhari Susan dan kawan-kawan terbilang lumayan. Perhari bisa mendapat Rp 1.500.000 hingga dua juta rupiah. Karena pengunjungnya ramai dan kebanyakan orang luar.
Sedangkan berjualan di Doyo Baru sejak 5 Oktober 2021, pendapatan sangat kurang, karena pengunjung sepi. Hasil jualan pada hari pertama kurang dari seratus ribu rupiah. Sementara hasil jualan pada hari kedua dari pagi sampai pukul 19.30 malam dapat Rp 200.000. “Ini sangat mengecewakan, karena selama dua hari berjualan, pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan”, keluh Alin.
Susan Mansawan merasa senang dengan adanya PON di Papua, apalagi tempat penyelenggaraannya di Jayapura. “Dengan adanya PON, kita bisa punya fasilitas olahraga yang megah. Sebelumnya tidak ada. Sekarang ada dan kita bisa. Anak-anak muda banyak yang terlibat. Kita juga bisa menjual produk kita di PON, sekaligus bisa mempromosikan produk kita kepada orang lain”.
Produk yang dijual Susan, Alin, Gres Sumihe dan Vina Ramandey adalah buatan sendiri, berupa: kue sagu, kopi arabika Wamena, sagu bakar gula merah, dan souvenir seperti noken dan topi bulu kasuari.
“Barang yang laris terjual itu, sagu bakar gula merah dan kopi arabika Wamena. Barang lainnya, hanya beberapa yang dibeli pengunjung”, ujar Ortenci Sanggrangbano, yang menjual sagu bakar gula merah buatannya.
Susan Mansawan, Alin, Gres Sumihe dan Vina Ramandey telah menyelesaikan kuliah di perguruan tinggi yang berbeda, dan mulai berwirausaha dengan mengikuti pelatihan pada Program Prestasi Indonesia Junior. “Kita baru mulai jualan, jadi masih malu-malu”, ujar Vina Ramandey.
Harga barang jualan Alin dan kawan-kawan cukup bervariasi. Mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 350.000. Tapi pengunjung sepi karena tenda jualannya tertutup, sehingga pengunjung ada yang segan untuk masuk. Karena itu, Susan menyarankan sebaiknya tempat jualan dibuat terbuka, supaya pengunjung bisa bebas masuk.
“Kita jualan di Kota Jayapura lebih untung dibanding jualan di Venue Hocki Doyo Baru. Jualan di Kota Jayapura, kita dapat makan dari panitia, kalau di Doyo Baru, kita beli makan sendiri”, ujar Susan Mansawan, pada Rabu 6 Oktober 2021 lalu. (paskal keagop)