suaraperempuanpapua.id – KASUS kematian Andreas Wombon Rumbiak (korban) bermula pada Rabu 25 Mei 2022 pukul 19.30 malam lalu. Malam itu, sebanyak 11 siswa SMA Buper Waena, mereka adalah: Davidson Haluk, Richard C. Yakadewa, Charolino Samuel Bano, Putra Kaigere, Sadewo Antoh, William Bless, Ferdy Reza Tyaz Sanggenafa, Jimmy Rumansara, Grefiani Waroy (cewe), Ishak A. Urus, dan Dinda.
Mereka berkumpul di sekitaran Kotaraja. Lalu mereka utus seorang teman bernama Charolino Samuel Bano untuk jemput Andreas Wombon Rumbiak. Bano datang menggunakan motor sampai berhenti di depan rumah korban di Perumnas 4 Padangbulan dari jarak sekira 50 meter, lalu menelepon Andi, panggilan Andreas, yang berada di dalam rumahnya.
Andi saat itu bersama adik-adiknya sedang duduk-duduk di ruang tengah mendengar lagu-lagu, sambil menunggu ibunya sedang masak di dapur untuk makan malam. Mereka semua kelelahan karena sepanjang hari babat rumput dan bersihkan di halaman rumah.
Saat itulah, Andi menerima telepon dari Charolino Samuel Bano, lalu korban memakai baju dan jaket dan meminta ibunya uang. Lalu, Andi, diberi uang sebesar 10.000 rupiah tanpa mengatakan dia hendak beli apa. “Saya kira, Andi jalan-jalan saja ke kios di depan mau beli kue atau gula-gula baru kembali. Tapi lama sekali tidak kembali ke rumah? Karena dia tidak bilang mau beli apa?”, ujar Bernadetha Wombon, ibu kandung korban.
Setelah menerima uang dari ibunya, Andi pun pergi bersama Charolino Samuel Bano yang sudah menunggu dengan motor di depan rumah yang jauhnya sekira 50 meter.
Kepergian mereka sejak pukul 19.30 malam itu, Andi kehilangan kabar sampai dengan hari Kamis 26 Mei pukul 03.00 dini hari. Orangtua Andi di rumah gelisah dan tidak bisa tidur. Telepon, SMS dan WhastApp pun tidak dibalas.
Hingga sekira pukul 02.00 dini hari, Kamis 26 Mei 2022, dua teman korban, Putra Kaigere dan Sadewo Antoh membawa jenazah Andreas Wombon Rumbiak menggunakan motor, dengan posisi jenazah korban didudukan di tengah, seorang duduk menahan jenazah dari belakang dan seorang mengemudikan motor, lalu jenazah Andi diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
Setelah tiba di RSUD Abepura, Putra Kaigere dan Sadewo Antoh dalam keadaan panik dan tergesa-gesa meletakkan jenazah Andi di ruang Unit Gawat Darurat lalu hendak melarikan diri. Tetapi saat itu ada seorang perawat yang bertugas malam itu melihat, lalu mengatakan, “oh, ini Andi. Saya kenal, dia tinggal di Perumnas 4. Jangan kamu lari. Kamu cepat pergi kasih tahu orangtuanya datang ke sini”.
Dalam keadaan panik, Putra Kaigere dan Sadewo Antoh, terpaksa ke rumah Perumnas 4 Padangbulan dan menyampaikan kepada orangtua korban bahwa, “Andi sakit ada di rumah sakit Abe”. Kedua orangtua korban menerima kabar itu pukul 03.00 dini hari.
Mendengar kabar itu, kedua orangtua korban pergi ke rumah sakit Abe, “ternyata Andi bukan dalam keadaan sakit, tapi sudah jadi jenazah?”, ujar orangtua dengan nadah sedih. Karena sudah meninggal, akhirnya orangtua membawa pulang jenazah Andreas Wombon Rumbiak ke rumah pada malam itu juga, dan dimakamkan pada hari Minggu 29 Mei 2022 di Tempat Pemakaman Umum Tanah Hitam Abepura, Jayapura.
Setelah kejadian kematian Andi, berbagai skenario penyebab kematian pun dilakukan 11 siswa SMA Buper yang malam itu bersama Andi hingga meninggal dan jenazahnya mereka antar ke rumah sakit Abepura sampai sekarang.
Sebelas siswa SMA Buper Waena yang bersama korban pada malam naas itu berbelit-belit memberi keterangan kepada polisi. Mereka bilang, “Andi meninggal karena kecelakaan lalu lintas”, tapi ada juga yang mengatakan, “Andi jatuh dari Jembatan Merah Youtefa saat duduk-duduk di luar pagar jembatan merah bersama Grefiani Waroy dan beberapa teman”.
Keterangan mereka boleh berbeda. Namun kondisi jenazah tidak bisa ditipu. Kalau kecelakaan lalulintas, tempat kecelakaannya di mana? ditabrak oleh siapa? Apakah ditabrak dengan motor atau mobil? Mana motor yang hancur tertabrak? Siapa pelakunya? Mereka tidak pernah menunjukan. Dan kalau jatuh dari jembatan merah, kenapa jenazah tidak hancur? Posisi jenazah di bawah jembatan merah sangat teratur dan topi yang dikenakannya tetap melekat di kepala. “Ini kamu tipu. Jembatan ini tinggi sekali, angin kencang. Kalau jatuh, pasti topi terlepas dari kepala”, protes seorang di lokasi rekonstruksi.
Di tubuh korban hanya ada bekas-bekas garukan kuku tajam di bagian tubuh: belakang, bahu kiri dan bahu kanan, leher, dada, dan ada bekas benturan benda di kepala bagian belakang. Darah gumpal terkumpul di kepala bagian belakang.
“Kalau jatuh dari jembatan merah, tidak mungkin kita tahan jenazah selama empat hari, karena badan sudah hancur. Kenapa orang-orang di jemabatan merah pada malam itu tidak ada yang tahu? Mestinya heboh. Kalau ada orang yang jatuh dari jembatan merah selalu heboh dan pasti polisi tahu dan berita keluar di media massa. Mereka juga tidak melaporkan kasus orang jatuh ke polisi. Kenapa semua tidak tahu kejadian orang jatuh dari jembatan merah?”, tanya Bernadetha Wombon, ibu kandung korban.
Menurut keterangan dokter forensik di RSUD Abepura yang memeriksa jenazah korban menyampaikan kepada orangtua Andi, bahwa, “dari ciri-ciri jenazah, korban meninggal bukan karena jatuh dari jembatan. Tapi karena sebab lain”.
Kasus kematian Andreas Wombon Rumbiak ditangani Kepolisian Resor Jayapura Selatan sudah memasuki bulan ke tujuh sejak Senin 30 Mei hingga kini November 2022, polisi belum menemukan titik terang apa penyebab kematian korban dan siapa pelakunya?
Padahal, 11 sisiwa SMA Buper Waena yang bersama Andi pada malam naas itu sudah berulangkali memberi keterangan dan telah dilakukan rekonstruksi di Jembatan Merah Youtefa, pada Senin 7 November 2022. Namun hingga memasuki pekan kedua November, belum ada keterangan perkembangan penyelidikan kasus dari polisi kepada keluarga korban.
“Polisi hanya selalu bilang, ibu tunggu saja. Belum gelar perkara untuk tetapkan tersangka. Tapi saya mesti tunggu sampai kapan? Ini ada upaya polisi untuk mendiamkan kasus pembunuhan anak saya. Polisi proses kasus lambat sekali. Mereka juga sudah melarikan saksi kunci ke Solo. Polisi mau proses kasus kalau kita tanya. Kalau tidak tanya, polisi tidak proses. Kelihatannya polisi tidak buat apa-apa dengan kasus kematian anak saya?”, ujar ibu kandung Andi Rumbiak.
Rekonstruksi jatuhnya Andreas Wombon Rumbiak di Jembatan Merah Youtefa oleh Polsek Jayapura Selatan, dilakukan pada Senin 7 November 2022 pukul 09.00 pagi sampai pukul 12.15 siang, dengan total 44 adegan.
Agedan ke-43 saksi melihat korban jatuh berada di bawah jembatan merah. Adegan ke-44 korban ditemukan sudah meninggal di bawah jembatan, akhirnya Putra Kaigere dan Sadewo Antoh yang dalam rekonstruksi mereka mengangkat jenazah Andi dari bawah jembatan merah didudukan di atas motor berboncengan tiga orang dari bawah jembatan merah dan dibawa ke Rumah Sakit Abepura.
Di dalam rekonstruksi, jenazah Andi ditemukan meninggal dengan posisi teratur dan kondisi tubuh tidak hancur dan tidak ada setetes darahpun di tempat tergelataknya jenazah.
Dari 11 siswa SMA Buper Waena yang malam itu bersama Andi hingga meninggal, sebanyak 10 orang laki-laki dan seorang perempuan bernama Grefiani Waroy. Grefiani adalah saksi kunci atas kasus kematian Andreas Wombon Rumbiak pada 26 Mei 2022 lalu. Tetapi atas kerjasama orangtua dan polisi, Grefiani Waroy telah dilarikan ke Solo, Jawa Tengah.
“Padahal, dia ini saksi kunci, tidak boleh dilarikan keluar daerah? Sebab dia sedang dalam proses hukum? Ini menandakan ada permainan antara orangtua dan polisi untuk menghilangkan jejak kematian Andi”, ujar seorang anggota keluarga korban yang hadir saat menyaksikan rekonstruksi di Jembatan Merah Youtefa, pada Senin 7 November lalu.
“Rekonstruksi ini mereka tipu. Pasti mereka bunuh baru bilang alasannya jatuh dari jembatan merah”, ujar seorang di lokasi rekonstruksi denga nada emosi.
Sudah tujuh bulan lamanya, Andreas Wombon Rumbiak (15 tahun), siswa kelas 2 SMA Buper Waena meninggal pada 26 Mei hingga kini memasuki bulan November 2022, polisi belum juga menggelar perkara untuk menetapkan saksi dan tersangka. Lambatnya polisi menangani kasus kematian Andi menimbulkan dugaan keluarga bahwa ada upaya polisi untuk mendiamkan kasus penganiayaan dan pembunuhan Andreas Wombon Rumbiak. “Sudah tujuh bulan, Polsek Jayapura Utara tangani kasus ini, kenapa belum ada tersangka?”.
Padahal polisi sudah berulangkali memeriksa 11 orang teman yang malam itu bersama Anderas Rumbiak yang mereka jemput dari rumah sampai dengan mengantarkan jenazah Andreas ke Rumah Sakit Umum Abepura. Itupun polisi belum menemukan titik terang siapa saksi kunci, pelaku dan apa penyebab kematian Andi?
Walau sudah memasuki pekan kedua setelah rekonstruksi, keluarga belum juga mendapatkan kabar perkembangan penanganan kasus kematian Andreas Wombon Rumbiak.
Apakah polisi serius menangani kasus ini? atau polisi hendak membekukan kasus kematian Andreas Wombon Rumbiak?
suara perempuan papua