suaraperempuanpapua.id – SUDAH satu tahun sembilan bulan, sejak 16 Maret 2019 hingga kini Desember 2020 korban bencana banjir bandang Sentani mendiami Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Sentani. Awalnya, jumlah penghuni di SKB yang menjadi tempat penampungan sementara bagi pengungsi bencana banjir bandang Sentani 2019 mencapai ratusan orang. Tetapi berangsur berkurang hingga Desember 2020 tersisa sekira 48 orang yang masih menempati SKB Sentani.
Ketua Rukun Warga Kampung Kemiri, Aser Suebu mengatakan pengungsi bencana banjir bandang 2019 yang tinggal di Posko SKB Sentani kini menghadapi banyak masalah. Seperti kamar mandi, toilet, ruang tidur sudah rusak dan tidak layak untuk digunakan lagi. Terutama ketersediaan air bersih juga sudah sangat langka.
Kebutuhan air bersih pengungsi di Posko SKB Sentani saat ini hanya mengandalkan air sumur bor yang dibuat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura pasca bencana banjir bandang. Kini jumlah suplai air bersih juga sudah sangat kurang, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi sekira 48 orang yang masih menghuni di Posko SKB Sentani.
“Sekarang mereka mengalami banyak kesulitan. Kesulitan mendesak sekarang yang harus dipenuhi adalah kebutuhan air bersih yang sudah sangat susah. Selama ini hanya mengandalkan air sumur bor, tapi airnya sangat sedikit”, jelas Aser Suebu di Sentani.
Terbatasnya ketersediaan air bersih ini membuat sering terjadi keributan di antara mereka hanya karena masalah air yang sangat sedikit, tetapi dipaksakan untuk bisa memenuhi kebutuhan para pengungsi.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga susah. Sehingga ada yang bekerja apa saja secara serabutan serta ada juga membuat kios kecil-kecilan di dalam posko pengungsian untuk sekedar bisa bertahan hidup.
Walau menghadapi berbagai masalah selama berada di posko pengungsian selama satu tahun sembilan bulan, para pengungsi tidak ingin berkeluh-kesah kepada pemerintah maupun kepada siapapun.
Mereka hanya ingin agar bisa hidup di rumah yang layak. Karena selain kesulitan air bersih, fasilitas tempat tinggal seperti kamar tidur, kamar mandi, dan toilet juga sudah rusak dan tidak layak untuk digunakan. “Di sini kamar mandinya bocor. Kalau mau buang air sudah tidak bisa, karena sudah rusak”, ujar Ketua Rukun Tetangga Kemiri, Aser Suebu.
Ketua Rukun Tetangga Kemiri, Aser Suebu mengatakan para pengungsi berharap, janji pemerintah Kabupaten Jayapura untuk menyediakan rumah layak huni bagi korban bencana banjir bandang 2019 pada Desember 2020 ini agar bisa segera direalisasikan supaya rasa trauma selama berada di posko pengungsian segera berakhir.
“Jujur kalau di sini, kami masih trauma dan memang rumah ini juga sudah tidak layak huni. Tapi kami tidak tahu mau tinggal di mana lagi? Kami berharap pemerintah segera mewujudkan janjinya kepada kami untuk bisa segera menempati rumah baru di Desember 2020 ini”, harap Ketua Rukun Tetangga Kampung Kemiri Sentani, Aser Suebu, pada Selasa Desember 2020 lalu.
diskominfo kabupaten jayapura