suaraperempuanpapua.id – SEBAGIAN film yang telah diputar sejak Selasa 25 Oktober hingga Sabtu 29 Oktober 2022 malam dengan judul film, “Kehidupan Masyarakat Adat. Kisah Masyarakat Adat Mempertahankan Tanah Adat dan Hutan, Perempuan Penjaga Tanah dan Hutan, Kepercayaan dan Trasidi, Belajar dan Bertahan”.
Semua film yang diputar tidak terlepas dari tema besar yaitu Memperjuangkan Hak-hak Masyarakat Adat. Mulai dari wilayah adat: hutan, air, tanah, batu, kayu dan marga-satwanya yang berada dalam bayang-banyang deforestasi.
Koordinator Papuan Voices, Harun Rumbarar kepada mengatakan melalui film dokumenter, kami ingin menyampaikan pesan kepada seluruh lapisan masyarakat di Papua, Indonesia dan masyarakat adat di belahan dunia lain tentang persoalan masyarakat adat di Papua hari ini. Tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ancaman sedang ada dalam bayang-banyang kehidupan masyarakat rentan dalam hal ini, masyarakat adat.
Kesan lain dari Susan peserta KMan keenam, mewakili Solidaritas Perempuan Papua, mengaku terkesan dan juga mendapat banyak pesan dari cerita-cerita yang ada dalam film dari sekian film yang ditonton Susan.
“Saya benar-benar melihat penderitaan perempuan begitu dekat di lingkungan koorporasi seperti perusahaan kelapa sawit misalnya, membabat habis hutan adat. Padahal, itu tempat sumber kehidupan perempuan untuk menghidupi keluarga. Penderitaan itu terus berlangsug hingga kini”.
Perempuan selalu setia menjaga hutan adat di setiap suku-marga di Papua. Peran mereka belum terlihat sepenuhnya mendapat pengakuan. Dan saya lihat, bukan hanya di Papua-hampir sebagian besar di nusantara. Hal itu kebanyakan dilatari kepentingan koorporasi.
“Membuat laki-laki tidak pernah berkompromi dengan perempuan dengan dalil tidak punya hak atas tanah. Ini film yang mengedukasi, bagaimana peran perempuan dalam wilayah adat perlu mendapat tempat. Sebab, merekalah yang paling setia menjaga dusun,” ujar Susan.
Film-film seperti ini merupakan bagian dari edukasi yang perlu ditonton dan terus didiskusikan oleh kalangan muda Papua. Sebab, pesannya, ”masa depan wilayah adat Papua, hari ini dan akan datang ada pada generasi muda Papua, yang juga bagian dari masyarakat adat,”ujar Susan.
Seperti pada film yang diputar, ”Home Comming Indonesia,” generasi muda yang hidup di kota kembali ke kampung. “Ini merupakan satu gerakan yang dipelopori anak-anak muda. Mereka kembali dari kehidupan di kota, memilih kembali ke kampung menjaga wilayah adat mereka.”
Alfonsa Awayap