Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Mummadiyah Jayapura akan berubah status menjadi universitas. Direncanakan Universitas Muhammadiyah Papua akan beroperasi sebelum akhir 2020.
TSPP.Jayapura – TAK lama lagi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Muhammadiyah Jayapura akan segera mengubah statusnya menjadi universiats, dengan nama Universitas Muhammadiyah Papua (UMP). Perubahan status dari sekolah tinggi menjadi universitas itu kini sedang dalam proses persiapan. “Ke depan kalau sudah disetujui nanti akan kita umumkan ke publik secara terbuka”, ujar Wakil Ketua I Bidang Akademik Stikom Muhammadiyah, Indah Sulistiani, saat ditemui di Kampus Stikom, Rabu 30 Oktober 2019 lalu.
Alasan rencana perubahan status dari sekolah tinggi menjadi universitas itu salah satunya ingin menjawab tantangan persaingan di dunai pendidikan yang semakin ketat. Dengan adanya perubahan status, tentunya Stikom Muhammadiyah mampu meningkatkan dari semua aspek baik dari segi dosen, sarana dan prasarana serta kompetensi lulusan. Karena cakupan kalau jadi universitas lebih luas dan mutunya juga akan semakin baik, dibanding status sekolah tinggi. Ruang lingkupnya kurang luas. “Penilaian dari badan akreditasi nasional juga akan lebih ketat”, ujar Indah Sulistiani.
Wakil Ketua I Bidang Akademik Stikom Muhammadiyah Jayapura, Indah Sulistiani mengatakan pertimbangan perubahan status dari sekolah tinggi menjadi universitas adalah, pertama daya tampung. Kalau hanya dua program studi, maka daya tamping calon mahasiswa yang akan masuk terbatas. Sehingga, dengan adanya pembukaan program studi lain melalui perubahan status menjadi universitas, maka calon mahasiswa memiliki banyak alternatif untuk memilih program studi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Setelah berubah status menjadi universitas nanti, UNiversitas Muhammadiyah Papua akan buka dua fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, terdiri dari tiga program studi, yaitu Program Studi Hukum, Program Studi Psikologi, dan Program Studi Ilmu Komunikasi. Kedua Fakultas Sains dan Teknologi, terdiri dari tiga program studi, yaitu Program Studi Bisnis Digital, Program Studi Kewirausahaan, dan Program Studi Ilmu Lingkungan.
Tenaga pengajarnya juga sudah siap. Tenaga pengajar yang dimiliki Stikom selama ini berdasarkan hasil monitoring Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi, dinilai sudah sangat memenuhi syarat, karena tenaga pengajar tetap ada 24 orang yang semuanya berkualifikasi S2 dan S3. Karena standar rasion dosen untuk ilmu sosial itu satu banding tiga ribu, dan “kita sangat memenuhi. Kita belum punya profesor, tapi kami sudah memiliki doktor ada enam orang”, tegas Indah Sulistiani di Kampus Stikom Tanah Hitam, Abepura, Jayapura.
Untuk pengembangan jadi universitas nanti, pihak Stikom Muhammadiyah telah memiliki lahan di wilayah Holtekam Distrik Muara Tami Kota Jayapura, yang akan dikembangkan untuk pembangunan universitas. “Jadi ke depan kalau kami sudah berubah status jadi universitas, pengembangan sarana dan prasarana Kampus UMP semuanya di wilayah Holtekam”, ujar Indah.
Untuk mempersiapkan perubahan status sekolah tinggi menjadi universitas, kini Stikom Muhammadiyah sedang menyiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, terutama di bidang pendidikan. Yaitu meningkatkan kualitas dosen, serta sarana dan prasarana. Di bidang penelitian, juga sedang berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dosen dari segi penelitian, sehingga dosen memiliki kualifikasi sebagai seorang peneliti yang dibuktikan dengan terpublikasi di jurnal nasional maupun jurnal internasional.
Hal lain adalah berkaitan dengan pengabdian masyarakat. Tiap tahun Stikom selalu mengadakan program praktek kuliah kerja nyata bagi mahasiswa studi akhir di semester delapan. Program praktek kerja nyata diadakan tiap tahun bagi mahasiswa pada akhir studi. Program terobosan lain adalah dalam peningkatan proses pembelajaran melalui perbaikan atau workshop kurikulum. Workshop kurikulum selalu di-update untuk mengikuti perkembangan jaman saat ini. “Dengan peningkatan proses pembelajaran, maka kita berharap dapat meningkatkan skill dan kualitas lulusan Stikom”, harap Indah.
Wakil Ketua I Bidang Akademik Stikom Muhammadiyah Jayapura, Indah Sulistiani mengatakan hambatan pengelolaan pendidikan tinggi di Papua sangat banyak, baik hambatan internal maupun hambatan eksternal. Hambatan internal misalnya dari segi tenaga dosen, tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana. Karena Stikom adalah perguruan tinggi swasta, sehingga dari segi pembiayaan itu swadaya sendiri. Tidak ada bantuan dari manapun, termasuk pemerintah.
“Kalaupun ada bantuan dari pemerinrah, biasanya dalam bentuk peralatan seperti bantuan komputer. Ketersediaan sarana dan prasarana kami masih sangat minim. Ruang kuliah misalnya, karena terbatas, sehingga jumlah mahasiswa yang kita terima juga tidak banyak. Misalnya pada tahun akademik 2019/2020, calon mahasiswa baru yang mendaftar sebanyak 350, tapi kita hanya bisa terima 150 calon mahasiswa baru”.
Hambatan internal yang lain adalah kualitas dosen. Diharapkan dosen-dosen Stikom memang harus memiliki kualifikasi yang baik. Makanya, dosen-dosen yang dulu S1 lanjut kuliah S2, dan yang S2 lanjut ke S3. “Kami juga selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dosen”.
Sementara hambatan eksternal pengelolaan perguruan tinggi di Papua yang khusus dihadapi Stikom Muhammadiyah Jayapura adalah mahasiswa Stikom banyak yang datang dari daerah-daerah di luar kota Jayapura, sehingga dalam proses pembelajaran mereka sering banyak yang tidak hadir kuliah. Banyak yang non aktif karena mereka tidak registrasi. Ada banyak hal lain juga yang menjadi penyebab.
Hambatn eksternal lainnya juga biasanya berkaitan dengan kebijakan. Misalnya, kebijakan pemerintah yang biasanya tidak sinkron dengan visi dan misi Stikom Muhammadiyah Jayapura.
Karena itu, Wakil Ketua I Bidang Akademik Stikom Muhammadiyah Jayapura, Indah Sulistiani menyarankan kepada pemerintah bahwa untuk bisa meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Papua, maka perlu kerjasama dengan banyak pihak. Misalnya, dengan perguruan tinggi, pemerintah daerah dan masyarakat. Salah satu misi Muhammadiyah adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Stikom dari segi pembiayaan boleh dibilang tidak memberatkan mahasiswa. “Kalau mau dilakukan studi banding, mungkin Stikom masih sangat murah. Itu adalah salah satu upaya kami dalam upaya peningkatan kulitas sumberdaya manusia di Papua untuk bisa ikut mendukung program pembangunan pemerintah”.
Indah Sulistiani menyarankan pemerintah bisa lebih mengintensifkan koordinasi antara pemerintah, masyarakat dan dunia perguruan tinggi untuk bisa mengatasi banyak masalah yang dihadapi mahasiswa. Perguruan tinggi tidak bisa menyelesaikan sendiri tanpa adanya kontribusi pemerintah. Misalnya dalam segi pembiayaan, dan tempat tinggal mahasiswa. Mahasiswa Stikom misalnya, ada yang tinggal di Sentani, Arso, Koya. Tempat tinggal yang jauh ini juga kadang membuat mereka kurang aktif kuliah.
“Atau juga mungkin karena dari segi pendanaan. Misalnya, orangtua belum kirim uang, sehingga belum bisa bayar SPP. Sehingga mahasiswa tidak meregisterasi. Karena itu, kami sarankan pemerintah harus selalu meningkatkan koordinasi antara peran pemerintah, peran perguruan tinggi dan peran masyarakat dalam meningkatkan sumberdaya manusia di Papua”.
Apa yang dihadapi oleh dunia perguruan tinggi mungkin bisa dicarikan solusi oleh pemerintah, dan apa yang dihadapi oleh mahasiswa juga mungkin bisa dicarikan solusinya oleh pemerintah. “Jadi perlu ada kontribusi stakeholders, yaitu perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat. Sehingga peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Papua itu benar-benar terealisasi dengan baik”, saran Indah Sulistiani.
Indah Sulistiani mengatakan kehadiran Stikom Muhammadiyah di Jayapura merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan dari alumni. Stikom saat ini juga sedang dalam proses untuk pengusulan Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi. Dalam proses kami sedang menghadapi beberapa kendala, tapi mudah-mudahan itu bisa diselesaikan supaya kami bisa membuka program pasca sarjana ilmu komunikasi. “Karena sampai saat ini, lulusan kami mengalami kesulitan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ada lulusan sekolah ilmu komunikasi yang masuk ke jenjang yang lebih tinggi, tapi pindah jalur keilmuan. Kuliah tidak sesuai dengan program keilmuan S1-nya”.(*). Tim Magang Mahasiswa Stikom Muhammadiyah Jayapura