suaraperempuanpapua.id – SISWA kelas tiga SMA-SMK di wilayah Distrik Muara Tami Kota Jayapura menyambut kelulusan dengan mencoret-coret seragam sekolah dan rame-rame mengkonsumsi minuman beralkohol di sekitar Pantai Skouw Mabo.
“Anak-anak seharusnya tidak perlu merayakan kelulusan dengan mencoret-coret seragam sekolah, apalagi pesta Miras. Seharusnya mereka fokus setelah lulus, mereka mau ngapain”, tegas Kapolsek Muara Tami, AKP Jubelina Wally. (Cenderawasih Pos. Edisi Senin, 4 Mei 2020).
Proses belajar-mengajar di tahun ajaran 2019/2020 tidak berjalan normal. Pada tahun ajaran ini, proses belajar-mengajar hanya berjalan dalam waktu delapan bulan, terhitung sejak Juli – Desember 2019 diteruskan Januari – Februari 2020.
Dalam masa belajar mulai: Juli 2019 hingga Juni 2020 ini, ada dua hasil yang akan dicapai di sekolah. Pertama: ada murid PAUD, TK, murid kelas enam SD, siswa kelas tiga SLTP dan SLTA yang akan lulus melanjutkan ke jenjang berikutnya serta mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi yang akan lulus. 2) murid kelas satu sampai kelas lima SD, siswa kelas satu dan dua SLTP dan SLTA yang akan naik ke kelas berikutnya. Begitupun mahasiswa semester bawah akan naik ke semester berikut.
Untuk bisa lulus dan bisa naik kelas, seorang anak sekolah harus rajin masuk sekolah tiap hari, belajar sesuai jadwal pelajaran, mengerjakan pekerjaan rumah, dan taat pada perintah guru di sekolah.
Hanya itulah yang akan menjadi dasar penilaian guru untuk menentukan lulus dan naik kelas bagi anak didiknya. Kalau tidak ada itu, maka guru tidak punya dasar untuk menyatakan lulus dan naik kelas bagi anak didiknya. Sekolah akan libur di akhir tahun pelajaran. Inilah yang sudah berjalan dalam sejarah pendidikan di dunia.
Namun dalam tahun ajaran 2019/2020, proses belajar-mengajar tidak berjalan normal. Sepanjang Maret 2020 hingga diumumkannya hasil kelulusan, kemudian menyambut kelulusan dengan mencoret-coret seragam sekolah pada Sabtu 2 Mei 2020, proses belajar-mengajar terhenti sama sekali. Bertemu lebih dari dua orang saja dilarang pemerintah. Dalam kurun waktu itu, pemerintah menganjurkan: belajar, bekerja dan beribadah dari rumah saja!
Agar anak sekolah bisa tetap belajar dari rumah saja, Kementerian Pendidikan Nasional dan dinas pendidikan di daerah membuat kebijakan alternatif bagi anak sekolah untuk tetap bisa belajar setiap hari pada tiap jam sekolah melalui teknologi informasi (IT), seperti internet, radio, televisi, dan fasilitas teknologi komunikasi lainnya agar anak sekolah tidak boleh ketinggalan pelajaran selama masa Virus Corona. Program mata pelajaran pun disiapkan untuk disiarkan radio, televisi, internet dan lainnya.
Alternatif kebijakan itu sangat baik. Namun khusus di Papua, tidak semua wilayah tersambung jaringan telekomunikasi. Ada wilayah yang punya jaringan, tapi hanya bisa untuk telepon, SMS, WA, facebook dan lainnya, tapi tidak lancar. Terputus-putus.
Tidak semua anak sekolah mulai dari SD sampai mahasiswa punya handphone android. Tidak semua keluarga punya radio dan televisi. Tidak semua rumah punya jaringan internet. Kalaupun ada anak sekolah yang mungkin punya fasilitas lengkap di rumah, tapi hanya digunakan untuk hiburan seperti game.
Kalaupun dipakai untuk belajar, mungkin prosentase waktu belajarnya sangat sedikit. Anak sekolah menganggap ini masa libur. Tidak semua guru, dosen bersama anak didiknya melek teknologi dan memiliki fasilitas teknologi informasi di rumahnya. Di masa virus corona ini diperintahkan tinggal di rumah saja. Itu artinya, tidak ada makanan dan pasti lapar. Kalau sudah lapar bunuh? Siapa yang mau belajar bunuh?
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka walaupun Kementerian Pendidikan Nasional, dan dinas pendidikan di daerah telah menjalin kerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi agar proses belajar-mengajar tetap berjalan seperti biasa dengan menggunakan fasilitas teknologi informasi (IT) seperti: radio, televisi dan internet.
Langkah alternatif pemerintah itu akan berlaku sampai masa pandemi virus corona berakhir. Namun jadwal ujian akhir bagi kelas tiga SLTA sudah lewat, sehingga kelulusannya diumumkan tanpa ujian. Dan ini juga akan berlaku bagi ujian akhir murid kelas enam SD dan siswa kelas tiga SLTP. Kemungkinan kelulusannya akan diumumkan tanpa ujian akhir. Termasuk kenaikan kelas bagi murid kelas satu sampai kelas lima SD, siswa kelas satu dan dua SLTP dan SLTA. Mereka akan naik kelas tanpa ulangan kenaikan kelas.
Cuma dasar penilaian untuk menyatakan seorang anak sekolah itu lulus dan naik kelas itu kurang jelas. Karena, siapa yang mengawasi anak sekolah belajar tiap hari pada jam sekolah di tiap rumah? serta apakah ada alat monitor khusus yang dipegang tiap guru dan dosen untuk memantau anak didiknya di tiap rumah selama masa virus corona? Supaya menjadi dasar untuk menyatakan lulus dan naik kelas bagi anak sekolah?
Di masa pandemi Virus Corona ini, memang serba dilemah: keluar rumah belajar di sekolah nanti terpapar Corona, serta belajar di rumah saja tanpa fasilitas teknologi informasi dan pengawasan guru, pasti tertinggal dalam banyak hal.
Sehingga, unsur apa yang mau dinilai untuk meluluskan dan menaikkan kelas seseorang anak sekolah? Apakah cukup hanya menggunakan nilai rapot hasil belajar enam bulan, selama Juli sampai Desember 2019?
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Papua dan Indonesia, tetapi juga dialami oleh penyelenggara pendidikan di 216 negara di dunia yang terpapar virus corona.
Selama masa pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 ini, semua aktivitas kehidupan manusia yang sudah ada sejak Adam dan Hawa diciptakan Allah dan menempatkannya di Taman Firdaus sampai hari ini tidak pernah terhenti. Hanya ada aktivitas tertentu, seperti sekolah, olahraga, dan pekerja di perusahaan, yang ada masa liburnya.
Sementara tanda hubungan persaudaraan seperti: bersalaman, berciuman, dan berpelukan. Itu tidak pernah putus! Setiap ada perjumpaan dan perpisahaan, selalu ditandai dengan: bersalaman, berpelukan dan berciuman. Bagi manusia, salam, peluk dan cium adalah tanda sayang dan cinta!
Tetapi hanya Virus Corona saja yang bisa memutuskan tanda perjumpaan dan perpisahan manusia sejak dunia diciptakan hingga hari ini – yang oleh para ahli kitab suci menyatakan bahwa dunia sedang menuju kiamat.
“Kita ini baru pulang dari rapat penentuan anak yang mau lulus sekolah. Tidak ujian, tapi diluluskan saja, karena ini corona”, ujar Popy Suangburaro, Ibu Guru yang mengajar di salah satu sekolah milik Yayasan Advent di Kabupaten Jayapura usai pulang pemakaman saudaranya yang meninggal dari tempat pemakaman Kampung Harapan di Sentani Timur, pada Senin, 4 Mei 2020 lalu.
Berdasarkan uraian di atas, maka siswa kelas tiga SMA-SMK yang lulus, tidak perlu merayakan keberhasilan dengan mencoret-coret pakaian seragam, mabuk alkohol, membuat parade kendaraan bermotor bertelanjang badan, berpelukan dan berciuman antara cowo dan cewe sebagai tanda perpisahan dan rasa cinta sampai lupa pulang rumah serta aktivitas kegembiraan apapun, sebaiknya jangan!
Mestinya anda malu kepada Virus Corona! Karena, dialah anda bisa lulus tanpa belajar kebut semalam dan berkeringat menyontek. Gurumu juga kasihan pada anda. Mungkin anda pemalas tua tra tau belajar, bodoh besar dan paling kepala batu di sekolah. Sehingga tidak layak lulus, tapi terpaksa anda bisa diluluskan atas jasa baik Virus Corona!
Anda yang lulus pada tahun 2020 ini adalah angkatan paling istimewa dalam sejarah pendidikan di dunia. Hanya anda dan keturunanmu yang akan mengingatnya sepanjang masa.
paskalis keagop