suaraperempuanpapua.id – PROGRAM Rencana Strategis Pembangunan Kampung (Respek) yang mulai digiatkan pada Juli 2007 oleh Barnabas Suebu dan Alex Hesegem sejak terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua dalam Pemilu Kepala Daerah 2006 lalu memang belum terlalu nampak untuk menilai keberhasilannya. Namun, ada sedikit dampak yang mulai dirasakan masyarakat Papua di kampung-kampung.
Dampak yang dimaksud di sini adalah sejak dilaksanakannya program Respek sampai sekarang: pertama, jumlah uang yang masuk ke kampung dalam jumlah yang banyak. “Ini sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam sejarah kehidupan masyarakat Papua di kampung-kampung,” ujar Gubernur Papua Barnabas Suebu saat berada di Distrik Citakmitak Kabupaten Mappi pada 2008 lalu. Kedua, masyarakat kampung bisa memegang uang dalam jumlah yang banyak guna mengelola berbagai program sesuai kebutuhan mereka. Ketiga, masyarakat di kampung mulai sadar akan potensi mereka, dan mengadakan rapat secara rutin membicarakan berbagai kebutuhan untuk membangun kampung.
Keempat, sebagian kampung menggunakan dana Respek untuk membangun jalan padat karya antarkampung dan distrik secara gotong-royong. Hal ini dilakukan masyarakat di Kampung Womsim, Winiktit, Anyumka dan Tetop di Distrik Waropko Kabupaten Boven Digoel. Ketua Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Wombon Xaverius Wogim Barayap yang ditemui di Womsim beberapa waktu lalu mengatakan sebagian dana Respek kita gunakan untuk membangun jalan dari Womsim ke Waropko dan dari Womsim ke Winiktit.
“Karena bagi kami, jalan lebih penting. Sampai kapan pun, pemerintah tidak mungkin bangun jalan antarkampung. Contohnya, jalan dari Woropko ke Tanah Merah, Ibukota Kabupaten Boven Digoel saja, pemerintah tidak pernah bangun sampai sekarang. Setiap hari kita jalan kaki terus, tidak bisa naik motor atau mobil,” ujar Xaverius Barayap dengan nada serius.
Kelima, struktur pemerintahan di kampung mulai mengenal manajemen pengelolaan keuangan modern yang disesuaikan dengan program pembangunan prioritas di kampung. Keenam, masyarakat kampung mulai diperkenalkan dengan bank. Kalau kampung-kampung di sekitar kota, sudah mengenal bank sejak lama, mereka dapat menyimpan uang di bank. Sementara, masyarakat yang hidup di kampung-kampung yang sangat terpencil, menyimpan uang di bank merupakan sesuatu hal yang sangat baru bagi mereka.
Ketujuh, melalui program Respek, masyarakat Papua di kampung-kampung dapat melihat dan berdialog langsung dengan gubernur dan wakil gubernur Papua bersama para pejabat lainnya di tingkat provinsi dan kabupaten di Papua. “Selama ini masyarakat kampung tidak pernah melihat gubernur, bupati dan pejabat pemerintah di provinsi dan kabupaten punya muka. Jangan kan melihat muka, dengar nama pejabat saja tidak pernah. Hanya melalui Kaka Bas turun kampung ini, baru kita bisa lihat pejabat punya muka,” ujar Cosmas Binjap Andoyap ditemui di Kampung Womsim, Distrik Waropko, Kabupaten Boven Digoel.
Keberhasilan pembangunan kampung melalui program Respek tidak bisa dilihat dan dirasakan dalam waktu dua sampai lima tahun. Tetapi akan dirasakan pada 25 sampai 50 tahun mendatang. Karena, selama ini masyarakat belum pernah terbiasa dengan pola hidup seperti yang dikehendaki dalam program rencana strategi pembangunan kampung. Sebab, yang terpenting dalam program Respek adalah perubahan tingkahlaku hidup masyarakat di kampung.
Kalau membangun fisik seperti jalan, jembatan, gorong-gorong, gedung, mungkin bisa dirasakan dampaknya dalam waktu dua sampai lima tahun. Sedangkan, perubahan tingkahlaku masyarakat kampung secara total agar mereka bisa hidup sama seperti masyarakat di kota, masih membutuhkan waktu 35 sampai bahkan 100 tahun mendatang. Maka, Gubernur Papua Barnabas Suebu dan Wakil Gubernur Papua Alex Hesegem sudah meletakkan dasar yang kuat melalui program Respek agar kelak masyarakat di kampung pun hidup seperti masyarakat di kota.
suara perempuan papua