suaraperempuanpapua.id – DIREKTUR Rumah Sakit Umum Yowari Kabupaten Jayapura, Petronela Risamasu mengatakan biaya merawat seorang pasien Covid-19 perhari sangat bervariasi, tergantung berat ringannya kondisi sakit pasien, berapa lama seorang pasien dirawat, dan tindakkannya apa yang diberikan.
Soal ini sering media menyebutkan proyek. Dibilang satu pasien Rp 300 juta. Luar biasa. Kami bekerja tidak melihat itu. Pasien yang kami layani tidak tanya dulu, uangnya ada atau tidak? baru kami layani. Tidak. Kami tetap melakukan pelayanan.
Untuk operasional rumah sakit agar bisa berjalan, maka itu yang diajukan klaim bervariasi perpasien berdasarkan kasusnya, berapa lama dirawat, dan apa tindakkan medisnya.
Virus corona ini ada dan sangat nyata. Jangan dihubung-hubungkan dengan rumah sakit mencari uang, mencari proyek atau unsur politiklah, senjata biologislah.
Mari kita sama-sama hadapi, masing-masing tanggung jawab, masing-masing lakukan apa yang dia harus lakukan. Minimal mematuhi 3M: Mencuci tangan, Memakai masker dan Menjaga jarak.
Jangan lagi ribut dengan ini dari mana, ada unsur politik, cari uang. Jangan dipakai untuk saling menghantam antara satu dengan yang lain. Karena kita tidak akan menyelesaikan masalah Covid-19 dengan cepat. Jadi, mari bergandengan tangan secara bersama-sama mengatasi Covid-19.
Kami ini sebenarnya sudah lelah dalam beberapa bulan ini, mulai Maret sampai November terkait dengan informasi-informasi hoax mengenai virus corona yang berkembang selama ini.
Biaya rawat seorang pasien Covid-19 sangat bervariasi, dan ada prosedur pengajuan klaim dari rawat seorang pasien. Ajukan klaim juga bukan gampang-gampang. Kita rawat langsung ajukan klaim. Tidak. Ada prosedur dan syarat-syarat yang harus dilewati. Itu yang berkembang di masyarakat. Oh, rumah sakit ini dapat uang banyak. Kalau saya bilang kita dapat berkat banyak itu ya, itu dari Surga.
Kami bekerja bukan untuk berapa yang kami dapat. Tidak. Tetapi kalau orang ini sembuh, itu ada kebahagiaan tersendiri bagi kami. Setelah itu baru, kami mengajukan klaim sesuai mekanisme dan syarat-syaratnya.
Ada juga pasien yang sudah sembuh, kita belum bisa langsung ajukan klaim, karena ada beberapa hal yang harus kami penuhi. Klaim yang kita ajukan nanti diverifikasi, ini bisa, ini tidak. Ada sistem yang mengatur. Termasuk mana yang boleh dan mana yang tidak, juga ada rambu-rambunya. Jadi, kalau dibilang biaya rawat perpasien corona mencapai Rp 300 juta itu tidak. Kita tidak berlakukan pasien seperti itu.
Kami tidak tunggu, ini kami dapat berapa baru kami layani, tidak. Layani dulu sampai sembuh dulu baru urusan klaim itu nanti diurus dari belakang. Keluhan dan aduhan dari masyarakat itu banyak. Kami ini pelayanan publik, pasti ada yang tidak puas dan ada yang marah.
Dan akhir-akhir ini ada yang bilang rumah sakit meng-covid-kan. Untuk apa? apa gunanya untuk kami? Tidak ada. Yang kami dapat cape, dan lelah. Jadi stop berkelahi, stop baku kasih salah. Sekarang bagaimana caranya supaya kita sama-sama mencegah Covid-19.
Kalau ada pasien Covid-19 yang meninggal, kita cegah keluarga ikut terlibat dalam prosesi pemakaman. Karena jenazahnya harus diperlakukan secara khusus, tujuannya untuk menghentikan penularan virus.
Karena, apakah pasien meninggal berarti virus coronanya mati dan tidak menular ke orang lain? Tidak! Virusnya tetap ada dan akan menular melalui cairan. Makanya kita lakukan pemularasan jenazah. Keluarga jangan dekat-dekat, kenapa? Bukan kami memutuskan kasih sayang dengan orang yang sudah meninggal, tidak! Kita jaga supaya yang masih hidup tetap sehat. Jangan tertular. Niatnya hanya itu.
Tidak ada gunanya rumah sakit meng-Covid-kan. Kalau saja ada satu dua oknum yang salah? buktikan dan tunjukkan. Jangan semua dianggap sama. Karena di rumah sakit ini, saya bersama teman-teman bekerja melayani dengan sungguh-sungguh untuk orang-orang bisa sembuh.
Kita berdosa kalau kerja setengah-setengah. Kita berdosa juga kalau hanya bekerja untuk cari uang. Apalagi orang yang bukan Covid, kita nyatakan Covid, untuk apa? Tidak ada gunanya bagi kami.
paskalis keagop