suaraperempuanpapua.id—Universitas Cenderawasih Jayapura, kembali kehilangan seorang putri terbaiknya, Yakoba Womsiwor, S.Sos, MSi. Yakoba adalah seorang dosen yang enerjik, produktif, adaptif dan kreatif karena memiliki bakat-bakat potensial yang menjadikannya kebanggaan perguruan tinggi tertua di tanah Papua. Universitas Cenderawasih. Pasalnya dosen Hubungan Internasional ini cukup dikenal dengan talenta menyanyinya, yang telah dilakoninya sejak masih menjadi mahasiswa di universitas yang sama.
Pada Jumat, 18 Februari kemarin, Yakoba Womsiwor menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah menjalani perawatan di RS Dian Harapan Waena karena menderita sakit.
Sontak saja, kabar kepergian ini mengagetkan banyak pihak yang mengenal dekat sosok Yakoba Womsiwor yang sangat dikagumi publik Papua. Betapa tidak, Perempuan asal Biak Numfor ini dikenal supel dan pandai menempatkan diri dalam pergaulan dan aktif pada beragam kegiatan sosial kemasyarakatan sehingga ia menjadi idola publik Papua.
Ia sering tampil dalam beragam even-even besar yang melibatkan seni dan musik. Ia juga sering tampil menjadi presenter dalam berbagai kegiatan politik seperti debat kandidat kepala daerah yang difasilitasi oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua maupun kabupaten/kota di Papua maupun Papua Barat.
Selain aktif di dunia politik, ia juga termasuk dosen yang gemar mengolah vokal, banyak lagu-lagu hits yang telah dinyanyikannya saat ini tersebar di dunia maya, seperti Facebook, video clib, instagram, youtube telah menjadi bukti kemampuan dan talentanya mengolah vokal.
Judul lagu “Tra Akan Kembali” yang hits di chanel Youtube seakan menjadi ungkapan perpisahannya. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Yakoba Womsiwor berhasil mengukir 10 karya terbaiknya yang sedang hits dan viral.
Salah satunya “ Tra Akan Kembali”. Album ini mengisahkan kisah pengalaman pribadinya. Kisah dan pengalaman sempat diabadikan dalam senandung merdu yang kini menjadi kenangan indah bagi siapa saja yang mengenalnya.
Selain tarik suara, Yakoba Womsiwor juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Terbukti ia menjadi motivator dan mentor bagi para Perempuan Papua yang berhimpun dalam sebuah UMKM dengan mengaktifkan gerakan pemberdayaan perempuan.
Bersama komunitas para perempuan ini Yakoba Womsiwor mendesain sebuah lembaga yang disebutnya “Papua’s Canzone”. Lembaga ini didirikan pada tahun 2009 dengan menghimpun para pengusaha kerajinan yang umumnya adalah para perempuan (ibu-ibu). Bersama komunitas ini dirinya memperkenalkan dunia digital (digital marketing) untuk memasarkan hasil kerajinan pernak-pernik Papua hingga menembus manca negara. Singkatnya melalui kegiatan literasi digital yang dilakukannya ia berhasil menjadi panutan bagi komunitasnya sehingga menunjukan kemajuan yang berarti.
Yakoba Womsiwor dilahirkan di Biak pada 22 April 1979. Saat ini menjadi dosen pada program studi hubungan internasional dan sedang menyelesaikan studi pada Program Doktor Ilmu Sosial Universitas Cenderawasih sejak 2013. Yakoba menyelesaikan pendidikan magisternya di Universitas Indonesia dan mengambil specialisasi pada ekonomi politik internasional. Dirinya, tercatat menyelesaikan pendidikan kesarjanaan pada program studi administrasi negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unversitas Cenderawasih.
Dalam kesehariannya Yakoba Womsiwor dikenal sebagai dosen yang sangat menyayangi mahasiswanya. Dalam berbagai kesempatan ia selalu membela mereka dan mendorong untuk cepat menyelesaikan studinya.
Meski sibuk mengurus mahasiswa Yakoba juga aktif dalam riset-riset untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terbukti sebelum terbaring di rumah sakit Ia masih sempat melakukan riset bersama rekannya Meyland Wambrauw dalam sebuah penelitian dengan judul : “Respon Masyarakat Terhadap Rencana Biak sebagai Bandar Antariksa /peluncuran satelit yang didanai dari DIPA Fisip Uncen tahun 2021/2022.
Maryana Buiney dosen Prodi Hubungan Internasional Fisip Uncen, kepada media ini menyatakan rasa kehilangannya atas kepergian Yakoba Womsiwor.
Menurutnya Yakoba adalah pribadi yang multi talent dan supel dalam bergaul, sehingga tak heran menjadi idola publik. “ Kaka dia orangnya supel dan pandai tempatkan diri dalam pergaulan dan punya banyak kesibukan di luar kampus”, ujarnya.
Dikatakan Buiney yang alumnus dari Australia National University (ANU) bahwa Yakoba Womsiwor merupakan sosok dosen yang paling dekat dengan mahasiswa. Ia tidak segan-segan membantu mahasiswa meski awalnya mereka membuatnya kesal, namun akhirnya ia akan membantu mereka juga. “Itu kebiasaan baik dari kaka Yakoba.”, tandanya mantap.
Sementara itu, Dosen Ilmu Pemerintahan, Dr Renida J Toroby, S.Sos, MSi dalam sebuah kesempatan menyatakan rasa susah hatinya karena kehilangan adik terkasih Yakoba Womsiwor. “sio..rasa hati susah skali oh….”, ujar Toroby dengan nada sedih.
Hubungan Renida dan Yakoba tergolong sangat akrab sehingga dalam berbagai kesempatan sering keduanya disebut kakak beradik. Kedekatan relasi ini menyebabkan semua yang ditinggal Yakoba merasa sangat kehilangan.
Yakoba Womsiwor memang dikategorikan sebagai salah satu intektual perempuan asli papua yang sangat aktif, kreatif dan inovatif mengembangkan bakat dan potensi diri. Tak heran, dalam sektor politik pun ia menjadi rebutan penyelenggara debat kandidat kepala daerah sebagai moderator.
Hal itu terbukti ketika tahun 2018 menjadi moderator dalam debat kandidat Kabupaten Mimika, kemudian tahun 2020 lalu juga menjadi presenter bagi debat kandidat pemilihan kepala daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Kabupaten Keerom, termasuk Kabupaten Waropen.
Segudang prestasi dan pengabdiannya telah diabdikan bagi kemanusiaan dan kemaslahatan hidup orang banyak. “sa tra akan kembali”, ujarnya dalam lirik lagunya seakan berpamitan dan tak kembali. Selamat jalan dosen full talent. Sorga dan para kudusNya menyambutmu* (Gabriel Maniagasi)