suaraperempuanpapua.id – PEREMPUAN dan alam punya arti penting dalam kehidupan Suku Elsheng. Keduanya tak bisa dipisahkan, karena perempuan melahirkan generasi dan melestarikan tradisi. Wilayah adat Suku Elsheng dikenal luas meliputi sebagian wilayah adat Mamberamo Tami, mulai dari sebagian wilayah Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Kabupaten Keerom dan Mamberamo Raya.
Kampung Benggwin Progo di Distrik Kemtuik, Kabupaten Jayapura adalah kampung Suku Elsheng. Tapi mereka hidup bercampur juga dengan warga suku lain di wilayah Kemtuk dan Grime. Ada juga warga Elsheng yang hidup menetap di wilayah adat Ambe, Skori, Sabiab, dan beberapa wilayah adat lainnya di Genyem.
Dalam kehidupan sehari-hari perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga. Tetapi juga mengurusi berbagai hal yang terkait dengan kepentingan umum di dalam kampung. “Perempuan juga bisa berburu, pasang jerat, berkebun untuk mendukung ekonomi keluarga. Jadi urusan ekonomi dalam keluarga tidak hanya tergantung pada suami. Tapi istri juga berperan”, Paulina Waimeni.
Kehidupan perempuan Elsheng selain tergantung pada kekayaan alam yang disediakan Tuhan, dan mereka juga melahirkan anak-anak sebagai penerus ahli waris Suku Elsheng.
Rumasara, Guru yang telah 14 tahun mengajar di Sekolah Dasar Benggwin Progo mengatakan di sekolah juga memberikan mata pelajaran muatan lokal sebagai upaya melestarikan budaya Suku Elsheng. Muatan lokal yang diajarkan berupa bahasa daerah, pengetahuan alam, budaya, dan adat-istiadat.
Misalnya, pengetahuan tentang bagaimana cara menjaga dusun atau cagar alam “solo“ atau hutan adat Elsheng yang menjadi tempat kehidupan flora dan fauna. “Dalam mata pelajaran muatan lokal itu sudah kami terapkan termasuk menjaga dusun dan bahasa Elsheng,“ ujar Rumasara.
Jumlah murid Sekolah Dasar Benggwin Progo sebanyak 60 orang. Sebagian besar anak-anak asli Suku Elsheng. Sehingga, sangat mudah untuk mengajarkan mereka menerapkan budaya dan adat istiadatnya. Selain Suku Elsheng, Kampung Benggwin Progo juga dihuni oleh suku-suku lain seperti Suku Kemtuk, Gresi, Namblong, dan suku Papua lainnya.
Penulis: Nesta Makuba