suaraperempuanpapua.id – CORONAVIRUS DISEASE 2019 atau Covid-19 dari negeri China tiba di Indonesia pada 2 Maret 2020 dan sampai di Papua pertengahan Maret, dan menyerang siapa saja tanpa ampun. Laki-laki-perempuan, tua-muda dari berbagai usia dan status sosial semuanya menjadi korban.
Petugas medis di 34 provinsi dan 210 kabupaten-kota di Indonesia kewalahan menangani puluhan sampai ratusan orang yang terpapar virus corona tiap hari. Dalam perawatan, ada yang meninggal, dan ada juga yang sembuh.
Virus Corona datang dan mengacaukan seluruh aspek kehidupan manusia tidak hanya di Papua, tapi juga di sekira lebih dari 216 negara di dunia. Pemerintah dan para ahli penyakit di dunia pun bingung menghadapi ganasnya virus corona.
Jumlah penderita virus corona di seluruh dunia pun terus meningkat tajam tiap hari. Badan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO dan para ahli epidemiologi mengatakan virus corona takkan segera hilang dari muka bumi. Karena itu, perlu percepatan penemuan vaksin agar segera memberikan vaksin kepada masyarakat di wilayah-wilayah yang terpapar virus corona.
Hingga Sabtu, 30 Mei lalu, jumlah orang di dunia yang positif menderita virus corona mencapai 6.049.486 orang. Dari jumlah itu, 2.673.026 pasien disembuhkan, dan 367.230 penderita meninggal. Sementara jumlah pasien positif corona di Indonesia sebanyak 25.773 orang. Sebanyak 7.015 pasien diantaranya dinyatakan sembuh dan 1.573 pasien meninggal.
Dan jumlah pasien positif menderita virus corona di Papua sebanyak 734 orang, dan diperkirakan akan terus bertambah mengikuti ketidaktertiban manusia dalam beraktivitas. Dari jumlah sementara itu, 508 pasien sedang dirawat di berbagai rumah sakit, 215 pasien sembuh dan 11 penderita meninggal.
Walau sudah lima bulan virus corona menyerang dunia, sejak akhir Desember 2019 hingga 30 Mei 2020, namun belum satupun ahli di dunia yang menemukan vaksin maupun obat virus corona.
Karena belum ditemukan vaksin dan obat pembunuh virus corona, maka pemerintah menerapkan pembatasan wilayah atau lockdown, menghentikan seluruh aktivitas masyarakat serta menganjurkan warga bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Jika terpaksa keluar rumah untuk keperluan mendesak seperti mencari kebutuhan makanan dan minuman, maka harus memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Untuk penanganan dan pencegahan penyebaran wabah virus corona, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengalihkan seluruh dana pembangunan tahun 2020 hanya untuk corona. Jika ada kepala daerah yang melawan tidak alokasikan dana, maka akan dikenakan sanksi tegas.
Prioritas alokasi dana selama masa pandemi virus corona ditujukan untuk membiayai kesehatan, bantuan sosial, dan pemulihan ekonomi.
Alokasi dana yang paling besar adalah membiayai perawatan seorang pasien corona di rumah sakit yang mencapai Rp 7,5 juta sampai Rp 16,5 juta perhari.
Biaya paling murah merawat seorang pasien corona di rumah sakit adalah Rp 7,5 juta perhari. Dengan catatan, pasien ini tidak memiliki penyakit penyerta, dan dirawat tanpa ventilator dan ruangan bertekanan tinggi.
Sementara biaya paling mahal merawat seorang pasien corona adalah Rp 16,5 juta perhari. Dengan catatan, pasien ini memiliki penyakit penyerta dan dalam kondisi berat, sehingga ditempatkan di ruang ICU dan menggunakan ventilator.
Maka, jika disimulasikan biaya perawatan seorang pasien corona, dengan biaya terendah perawatan seluruh pasien Covid-19 di RI saat ini sekira Rp 52,6 miliyar sehari. Angka itu didapat dari kasus aktif, misalnya 17.170 dikali biaya perawatan terendah sama dengan Rp 7,5 juta. Lalu, apabila disimulasikan dengan biaya rawat terendah, total yang ditanggung pemerintah mencapai Rp 283,3 miliyar per-hari.
Mengingat vaksin dan obat virus corona belum di temukan, maka cuci tangan, pakai masker, jaga jarak serta bekerja, belajar dan beribadah dari rumah saja adalah cara ampuh mencegah virus corona menyebar. Kapan virus corona akan lenyap dari muka bumi? Tak seorangpun yang bisa memastikannya!
catatan redaksi